KPU dan Panwaslu Batubara Diminta: Tindaklanjuti Dugaan Kecurangan Pemilu di Tanjung Tiram

Batubara, (Analisa)

KPU dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Batubara diminta menindaklanjuti dugaan kecurangan yang terjadi di sejumlah TPS di Kecamatan Tanjung Tiram, sehingga menguntungkan caleg ter-tentu dan merugikan caleg yang lain.

"Kita minta KPU dan Panwaslu menindaklanjuti kecurangan yang diduga telah terjadi dalam proses penghitungan suara di sejumlah TPS di Kecamatan Tanjung Tiram. Ini tidak bisa didiamkan dan harus diproses secara hukum," ujar Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Batubara, Yahdi Choir, Kamis (23/4).

Didampingi Wakil Ketua DPD PAN Batubara, Amran, SH ia menduga telah terjadi pratek kecurangan dalam proses peng-hitungan suara pemilu legislatif di Kecamatan Tanjung Tiram dengan cara menggelembungkan perolehan suara salah seorang caleg yang merugikan caleg PAN.

"Setidaknya dugaan praktek penggelembungan suara itu telah terjadi di TPS 9, TPS 12, TPS 13 dan TPS 16 di Kecamatan Tan-jung Tiram dan merugikan caleg dari partai kami. Kami minta KPU dan Panwaslu menindaklanjuti masalah ini," tegasnya.

Dijelaskannya, berdasarkan perhitungan awal caleg PAN atas nama Chairul Bariah memperoleh 2.243 suara dan perolehan suara caleg PBR atas nama Sakroni 2.137 suara. Namun pada proses penghitungan selanjutnya di tingkat PPK perolehan suara caleg PBR tersebut lebih tinggi dibanding perolehan suara caleg PAN.

DPD PAN Kabupaten Batubara meminta KPU dan Panwaslu Batubara menindaklanjuti temuan tersebut dan meneruskannya ke pihak kepolisian. DPD PAN Batubara sendiri bertekad memperkarakan dugaan penggelembungan suara tersebut sampai ke Mahkamah Konstuitusi (MK).

"Kita juga minta agar dilakukan proses penghitungan suara ulang dengan membuka kotak suara di empat TPS itu, apalagi banyak sekali formulir C2 (plano) yang hilang. Kita berharap pihak penyidik memerintahkan kotak suara dibuka untuk mendapatkan bukti kongkrit atas dugaan praktek peng-gelembungan suara tersebut," ujar Yahdi Choir.

Ribuan massa PAN Batubara, hingga sore kemarin masih mendatangi Kantor PPK Kecamatan Tanjung Tiram di Jalan Rakyat dan menyampaikan ke-tidakpuasan mereka terhadap proses penghitungan suara Pemilu di daerah itu.

Sementara itu Ketua DPP Partai Bintang Reformasi(PBR) Raden Muhammad Syafii ketika dikonfirmasi wartawan terkait dugaan penggelebungan suara yang diduga dilakukan Caleg dari PBR di Batubata mengatakan, terhadap partai maupun para Caleg yang merasa dirugikan silahkan saja menempuh jalur hukum sejauh hal itu memiliki bukti-bukti yang kuat. “Hukum harus ditegakkan. Siapapun yang bersalah harus ditindak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Seputar Melayu Pesisir Sumatera Timur

Kesultanan Serdang Bedagai

Serdang Bedagai merupakan sebuah kerajaan bercorak Islam. Kesultanan ini terletak di Kabupaten Serdang Bedagai, atau yang biasa disingkat ‘Sergai’, di Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah tersebut, yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai.

Kesultanan Serdang dimulai ketika terjadi perebutan tahta Kesultanan Deli setelah Tuanku Panglima Paderap (pendiri Kesultanan Deli) mangkat pada tahun 1723 M. Tuanku Gandar Wahid sebagai anak kedua Tuanku Panglima Paderap mengambil alih tahta dengan tidak mempedulikan abangnya Tuanku Jalaludin dan adiknya Tuanku Umar Johan. Dalam kondisi seperti ini, Tuanku Jalaludin tidak bisa berbuat banyak karena ketidaksempurnaan pada fisiknya. Sementara, Tuanku Umar Johan justru terpaksa mengungsi ke wilayah Serdang karena tidak tahan dengan perlakuan Tuanku Gandar Wahid yang semena-mena.

Melihat hal itu, beberapa petinggi wilayah Serdang, yakni Datuk Sunggal Serbanyaman, Raja Urung Sinembah, Raja Ulung Tanjong Morawa, dan Kejuruan Lumu sebagai wakil Aceh mau tidak mau menabalkan (menobatkan) Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Shah Kejuruan Junjungan atau sering kita kenal sebagai Raja Osman sebagai Sultan Serdang pertama pada tahun 1728. Wilayah kekuasaan kesultanan ini berpusat di Kampung Besar tempat di mana ibunya, Tuanku Ampunan Sampali tinggal.

Dalam perkembangannya, Tuanku Umar akhirnya tewas saat pasukan dari Kerajaan Siak ingin menaklukan kerajaan-kerajaan Melayu di pesisir Sumatra Timur pada tahun 1782 dan dimakamkan di tengah-tengah perkebunan Sampali. Kesultanan Serdang kemudian dilanjutkan oleh sang putra, Tuanku Ainan Johan Alam Shah. Sedangkan adiknya, Tuanku Sabjana, ditempatkan sebagai Raja Muda di Kampung Kelambir yang terletak di pinggir Sungai Tuan.

Di bawah kepemimpinan Tuanku Ainan, Kesultanan Serdang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Beliau memproyeksikan perluasan wilayah kesultanan dengan melebarkan wilayah kekuasaannya hingga ke Percut dan Serdang Hulu. Beliau memiliki beberapa anak setelah memperistri putri dari Raja Perbaungan, yakni Tuanku Sri Alam. Dan, setelah anak-anak Tuanku Ainan dewasa, mereka membuka dan memimpin perkampungan-perkampungan baru di wilayah Tuanku Ainan. Melihat pengaruh Tuanku Ainan yang sedemikian besar, Kesultanan Siak memberi gelar ”Sultan” pada Tuanku Ainan di tahun 1814.

Pada tahun 1817, Tuanku Ainan mangkat dan diganti oleh putra keduanya, Tengku Sinar karena putra pertamanya Tengku Zainal Abidin tewas dalam pertempuran di Kampung Punggai. Tengku Sinar dinobatkan sebagai raja di Kampung Punggai dan kemudian diberi gelar Paduka Sri Sultan Thaf Sinar Bashar Shah. Pada zaman inilah Kesultanan Serdang mengalami kejayaan. Kejayaan itu diperoleh melalui perdagangan dan penerapan sistem pemerintahan yang adil.

Dalam bidang ekonomi, tercatat kesultanan ini melakukan perjanjian dagang dengan Inggris pada tahun 1823. Tercatat ekspor ketika itu berjumlah 8.000 pikul terdiri lada, tembakau, kacang putih, emas, dan kapur barus. Sedangkan Inggris memasok kain-kain buatan Eropa ke Serdang. Seiring dengan menguatnya Kesultanan Serdang secara ekonomi, wilayah kekuasan mulai meluas dari Percut, Padang Bedagai, Sinembah, Batak Timur sampai ke Negeri Dolok. Sultan Serdang keempat adalah Tengku Muhammad Basyaruddin yang kemudian bergelar Paduka Sri Sultan M. Basyarauddin Syaiful Alam Shah. Ia ditabalkan di tahun 1850 sesaat setelah ayahandanya mangkat. Basyaruddin merupakan putra keempat Tuanku Ainan. Selama pemerintahannya, Kesultanan Serdang melebarkan wilayah jajahannya hingga ke Batubara (Lima Laras), seluruh Senembah dan menembus kawasan Karo dan Batak Timur.

Memasuki masa kolonial, dan ketika itu pengaruh Belanda semakin kuat, Sultan Basyarudiin dengan tegas memihak pada Kesultanan Aceh untuk melakukan perlawanan. Hal ini membuat ia diberi mandat sebagai Wajir (kuasa) Sultan Aceh dengan wilayah kewajirannya meliputi Langkat hingga Asahan. Sebagai wajir, ia menghadapi kedatangan ekspedisi Belanda yang dipimpin Netscher pada tahun 1862. Di sisi lain, Sultan Basyaruddin berusaha menjaga perdamaian dengan Kesultanan Deli yang memiliki hubungan akrab dengan Belanda. Kala itu, peperangan dengan Kesultanan Deli sempat pecah ketika Serdang merebut kembali wilayah Denai. Demikian juga ketika Kesultanan Aceh mengirim 200 kapal perang untuk menyerang Kesultanan Deli dan Kesultanan Langkat, Sultan Basyaruddin turut membantu.

Dalam melawan Belanda, Sultan Basyaruddin didukung oleh para raja dan orang-orang besar jajahannya seperti raja Kampung Kelambir: Raja Muda Pangeran Muda Sri Diraja M Takir, Wajir Bedagai: Datuk Putera Raja Negeri Serdang Ahmad Yudha, Wajir Senembah: Kejuruan Seri Diraja Sutan Saidi. Melihat perlawanan yang begitu kuat, akhirnya pada Agustus 1865 Belanda menurunkan ribuan pasukannya di Batubara dan Tanjung Balai. Penyerangan ini diberi sandi Ekspedisi Militer melawan Serdang dan Asahan. Pada 30 September 1865, pasukan Belanda sampai di Serdang dan langsung mengejar Sultan Basyaruddin yang bertahan di pedalaman, hingga akhirnya perlawanan tersebut dipatahkan pada 3 Oktober 1865 dan Sultan Basyaruddin ditawan Belanda. Belanda kemudian merampas tanah-tanah jajahan Serdang seperti Padang, Bedagai, Percut dan Denai. Pada 20 Desember 1879, Sultan Basyaruddin mangkat di Istana Bogak, Rantau Panjang dan dimakamkan di dekat Stasiun Araskabu.

Kesultanan Serdang kemudian diteruskan oleh Tengku Sulaiman yang saat itu masih dibawah umur, 13 tahun. Ia ditabalkan menjadi Paduka Sri Sultan Tuanku Sulaiman Syariful Alam Shah. Untuk menghindari kekosongan kekuasaan, pamannya Tengku Mustafa bergelar Raja Muda Sri Maharaja diangkat sebagai Wali Sultan. Penabalan ini dilaksanakan di Istana Tanjung Puteri, Bogak, Rantau Panjang. Pengangkatan ini tidak serta merta diakui oleh Residen Belanda. Mereka memberi 3 syarat jika Sultan Sulaiman ingin diakui yakni: (1) Serdang tidak menuntut daerah-daerah yang telah dirampas Belanda, (2) penetapan tapal batas antara Deli dan Serdang, serta (3) Sultan harus tunduk pada kekuasaan Belanda. Sultan Sulaiman bergeming dan tidak mengindahkan tiga persyaratan dari Belanda. Pada tahun 1882, Belanda memaksa agar sebagian wilayah Senembah diserahkan kepada Deli dengan imbalan Deli akan menyerahkan kembali Negeri Denai. Sultan Sulaiman baru diakui pada tahun 1887 walau ia tetap tidak setuju atas tapal batas dengan Deli yang ditentukan Belanda.

Tahun 1891 Kontrolir Belanda, Douwes Dekker memindahkan ibukota Kesultanan Serdang ke Lubuk Pakam karena Rantau Panjang selalu mengalami banjir. Namun, Sultan Sulaiman tidak mau. Ia yang telah membangun Istana Kota Galuh dan Masjid Sulaimaniyah di Persimpangan Tiga Perbaungan pada tahun 1886 justru pindah ke istana tersebut. Daerah-daerah taklukan Serdang yang dikuasai Belanda dijadikan perkebunan seperti di Denai, Bedagai, Senembah, dan Percut. Seluruh perkebunan ini mengikat kontrak dengan Sultan Deli. Walau diakui, kekuasaan sultan pelan-pelan dibatasi Belanda. Bahkan, ketika Sultan Serdang pulang dari pertemuan dengan Kaisar Jepang Tenno Heika Meiji Mutshuhito di Jepang, tapal batas dengan Bedagai telah diperkecil Belanda. Belanda juga menghapus jabatan-jabatan penting kesultanan setelah penyandangnya meninggal dunia.

Di bawah pimpinan Sultan Sulaiman, kesultanan Serdang membangun 2.000 bahu lahan persawahan lengkap dengan irigasinya. Kemudian di tahun 1903 didatangkan transmigran masyarakat Banjar untuk mengolahnya. Sultan juga membuka pabrik belacan dan sabun di Pantai Labu serta membuka perkebunan tembakau di Kuala Bali. Bank Batak dibangun Sultan di Bangun Purba sebagai penunjang roda perekonomian di Serdang. Di bidang pendidikan, Sultan mendirikan sekolah Syairussulaiman di Perbaungan. Dalam buku Kronik Mahkota Kesultanan Serdang yang ditulis Tuanku Luckman Sinar Basarsyah, Sultan Sulaiman digambarkan orang yang anti Belanda. Misalnya Sultan Sulaiman adalah orang yang memperjuangkan agar rakyat yang tinggal di sekitar perkebunan tembakau. Untuk memastikannya ia membuat kodefikasi tentang Hak Adat Rakyat Penunggu di tahun 1922 di mana hak ini membenarkan siapa saja yang memenuhi syarat untuk memperoleh hak jaluran. Sultan Sulaiman juga dikenal akrab dengan kesenian dan kebudayaan. Ia mendirikan teater ”Indera Ratu” yang membawakan cerita-cerita Melayu, India, dan Barat. Sekali setahun teater ini menggelar pertunjukan ke berbagai pelosok Serdang untuk menghibur rakyat secara gratis. Sultan juga menghidupkan teater tradisional ”Makyong” dan wayang kulit Jawa yang dihadiahkan oleh Sultan Hamengkubowono VIII. Biasanya kesenian ini digelar pada tiap hari raya di depan Istana Perbaungan.

Saat perang dunia kedua, ketika Jepang masuk Serdang melalui Pantai Perupuk Tanjung Tiram, pasukan ini terkejut tatkala masuk ke istana menemukan gambar Tenno Heika Meiji tergantung di dinding istana. Sejak itu, hubungan Sultan Sulaiman dengan tentara pendudukan Jepang terjalin baik. Bahkan, Sultan diberikan mobil dengan plat no. 1. Selain itu, Jepang juga berjanji tidak akan mengambil pekerja paksa dari Serdang dengan syarat Serdang harus menyuplai beras ke markas-markas Jepang.

Kendati dapat berdamai dengan Jepang, Sultan Sulaiman segera mengibarkan bendera merah putih ketika mendengar Proklamasi 17 Agustus 1945 melalui Gubernur Sumatera Timur ketika itu, TM Hassan. Sultan kemudian mengirimkan sebuah telegram kepada Presiden Soekarno dan menyatakan kesultanan Serdang serta seluruh daerah taklukannya mengakui kekuasaan pemerintah Republik Indonesia dan karenanya, dengan segala kekuatan akan mendukung Republik Indonesia.

Ketika masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar Negara Sumatera Timur (NST) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk negara Republik Indonesia.

Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan Negara Republik Indonesia (NRI), sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur tidak bersedia. Akhirnya pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain, UUDS Kesatuan yang berdasar dari UUD RIS diubah, sehingga sesuai dengan UUD 1945. Atas dasar itu, Kesultanan Serdang masuk dalam Kabupaten Deli Serdang. Karena Sumatera Timur dibagi atas 5 afdeling, salah satu di antaranya adalah Deli dan Serdang. Afdeling ini dipimpin oleh seorang Asisten Residen serta terbagi atas 4 (empat) onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota di Medan, Bovan Deli beribukota di Pancur Batu, Serdang beribukota di Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota di Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh seorang kontrolir. Kini, memasuki tahun 2008 Serdang merupakan sebuah kabupaten yang terpisah dengan Deli.

(khidir Marsanto/ensi/07/01-09)

Politik Kabupaten Batubara

Pesta telah selesai, namun tanggung jawab takkan pernah usai, inilah kata - kata yang tepat untuk para calon anggota legislatif yang kemungkinan memenangkan pemilu 9 april 2009 kemarin.

Khusus untuk Kabupaten batubara, nampak nya hal ini sangat perlu di pertegas, karena para anggota DPR-D yang terpilih di Kabupaten Batubara, menunjukan seolah dia telah melalui seleksi tahap akhir, Ini bertanda di pikiran mereka , telah tidak ada lagi perjuangan. Pada hal mereka baru saja masuk kekancah perjuangan yang akan menentukan nasib masyarakat Kabupaten batubara. Bukan memperjuangkan isi perut mereka sendiri.

Saya selaku bagian dari masyarakat Kabupaten Batubara mengajak segenap lapisan masyarakat untuk sama - sama memberikan kontrol penuh terhadap wakil - wakil kita yang terpilih di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ini bertujuan supaya para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Yang terpilih tidak lepas kontrol dalam melaksanakan tugas pengabdiannya kepada masyarakat.

Sekali lagi saya tegaskan jangan pernah takut memperingati mereka. Karena mereka adalah wakil kita. Mereka harus mendengarkan aspirasi kita selaku masyarakat. Masyarakat Kabupaten Batubara secarah keseluruhan, sangat perpeluang menjadi bulan - bulanan para lembaga eksekutif dan legislatif serta lembaga hukum / Yudikatif. Hal ini berpotensi karena latar belakang pendidikan masyarakat kabupaten batubara secara keseluruhan sangat minus. Sekarang ini banyak sekali persekongkolan yang dilakukan oleh lembaga - lembaga pemerintah untuk memperdaya masyarakat.

Sekali lagi saya tegas kan dan menghimbau kepada seluruh masyarakat mari sama - sama kita ciptakan kontrolitas penuh terhadap kinerja pemerintah Kabupaten batubara.

Kepada Pemerintah kabupaten batubara dan Anggota DPR-D yang telah telah dititipkan kepercayaan oleh masyarakat, mohon menjaga kepercayaan tersebut. Hargai suara masyarakat Kabupaten Batubara.

Dan pengharapan saya , mudah - mudahan tulisan ini di baca oleh para birokrat yang berada di Kabupaten batubara.

by. jurnalis independen

Stress akibat PEMILU "rasain"

MEDAN-Kalah dalam pemilihan ternyata tak hanya berdampak pada Caleg itu sendiri. Tim Sukses (TS) Caleg pun bisa stres bahkan mengakhiri hidupnya. Itu dibuktikan Muhammad Iqbal (28), TS seorang Caleg yang kalah.

Lelaki yang menetap di Jalan Eka Surya, Gang Pribadi, Kelurahan Gedung Johor, Medan Johor ini nekat gantung diri di kediamannya, kemarin (10/4). Info dihimpun POSMETRO MEDAN, Iqbal stres usai Caleg jagoannya kalah ditambah istrinya, Netty br Gultom, yang kabur dari rumah karena tak tahan dengan tabiat Iqbal yang jarang pulang ke rumah selama musim kampanye kemarin.

Iqbal adalah TS seorang Caleg untuk DPRD Medan. Sejak dua bulan lalu dia aktif menjadi TS Caleg sebuah Parpol. Karena kesibukan sebelum dan saat kampanye. Lelaki dengan pekerjaan serabutan ini dikabarkan sering tak pulang ke rumah untuk ngurus kemenangan Caleg jagoannya. Karena itu, dia acap bertengkar dengan istrinya.

Puncaknya, Netty diam-diam meninggalkan rumah. Bahkan, dua anaknya ditinggalkannya bersama Iqbal. Sejak itulah Iqbal uring-uringan. Ia dilaporkan makin stress menyusul Caleg yang diusungnya kalah dalam pemilihan. Kemarin, Iqbal akhirnya bertindak nekat. Dia mengakhiri hidup dengan gantung diri di rumahnya.

Awalnya, jasad Iqbal ditemukan adiknya, Ade Wulansari. Ade mendapati tubuh kakaknya tergantung dengan seutas tali nilon di dapur rumahnya. Sebuah kursi tergeletak di sampingnya. Diperkirakan, Iqbal naik ke kursi lalu menendangnya untuk memuluskan aksi bunuh diri. Temuan itu sontak menggemparkan warga di sana. Ade berteriak histeris saat sejumlah warga berniat menunaikan Sholat Jumat.

Temuan itu kemudian dilaporkan ke Mapolsek Delitua. Polisi lalu turun ke TKP bersama tim identifikasi. Selain jasad Iqbal, ditemukan juga surat wasiat buat Netty, istri Iqbal. “Korban kecewa pada istrinya karena pergi begitu saja meninggalkannya dan anak-anaknya,” ungkap Iptu Aron Siahaan, Kasat Reskrim Polsek Delitua.

Menurut Iptu Aron, usai mendapat laporan, pihaknya langsung ke TKP dan menemukan sebuah surat wasiat yang berisikan pengakuan kekesalan Iqbal atas kepergian istrinya. “Dari keterangan adiknya sudah jelas kalau korban sangat frustasi dan kerap uring-uringan dengan kaburnya istrinya dengan meninggalkan 2 buah hati mereka. Soal indikasi lain tidak ada, korban tewas akibat bunuh diri,” tandas Aron.

Usai diidentifikasi, jenazah Iqbal yang semula akan dievakuasi ke RS Pirngadi Medan guna diautopsi akhirnya gagal karena pihak keluarga menolak. Mereka meyakini tidak ada unsur lain penyebab kematian Iqbal, selain bunuh diri. Akhirnya jenazah Iqbal disemayamkan di rumah duka. POSTMETRO

Ternyata selain Caleg, TS juga bisa nekad, sebenarnya ada apa dengan kasus politik di Indonesia? Ini lah akaibat TS yang berharap terlalu banyak kepada Caleg,

makanya jangan jadi TS, kalau nggak siap !

Hasil Sementara Pemilu 9 April 2009


Hasil penghitungan suara Pemilu 2009 sementara di TPS Kebagusan Jakarta menujukkan dominasi Partai Demokrat sebanyak 20.12%, di posisi kedua ada PDIP dengan suara 15.26%, Partai Golkar turun di posisi ketiga dengan suara 15.09%, posisi keempat PKS dengan 8.32%, dan PAN di posisi kelima dengan 6.35%.

Adapula penghitungan suara yang dinyatakan tidak resmi, dikarenakan ada yang mencontreng semua caleg. Kertas suara yang robek juga tidak dihitung. Hasil sementara ini masih akan terus berubah. Apapun hasilnya, mari kita laksanakan Pemilu 2009 secara damai, aman dan sentosa.

Sementara situs resmi tvOne yang menampilkan quick count data statistik hasil penghitungan sementara Pemilu 2009 hingga kini sulit diakses. Hal ini bisa disebabkan adanya lonjakan pengunjung yang mengakibatkan susahnya akses masuk ke situs tersebut. Nantikan update selanjutnya di wiskabara stay tune!

Budaya Melayu Batubara

Batubara,

Di zaman orde baru, " Batubara" yang berada dalam lingkungan kabupaten Asahan, sangat tekenal dengan kain tenunan songket "Songket Batubara" ( tenunan batubara ). Hal ini bisa dilihat dari hampir disetiap desa yang berada di kawasan batubara, remaja putrinya selalu bertenun kain. Pada saat itu Nilai jualnya sangat tinggi dan bisa menacapai pasar manca negara. Itu terjadi pada era tahun 1980 an. Pada waktu itu kaum ibu yang bepergian khususnya undangan pesta pernikahan menjadikan kain songket batubara menjadi semacam sarung khusus yang di pakai untuk undangan pesta. Seiring berjalannya waktu hal itu sudah memudar. Mereka lebih senang bepakaian dengan pakaian budaya lain. ( biar di katan modern ).

Setelah mekarnya kabupaten Batubara dan terpisah dari kabupaten Asahan, tahun 2007 silam. Hendaknya masyarakat kembali mencari jati dirinya yang hilang. salah satu nya dengan membangkit kan kembali budaya - budaya yang dulu pernah menjadi trend di kalangan masyrakat batubara. Hal ini tidak terlepas dari sejauh mana perhatian pemerintah daerah terhadap budaya melayu itu sendiri. Pemerintah punya peran penting dalam menggali unsur - unsur dasar yang di masyarakat kabupaten Batubara. namun masyarakat juga harus pro aktif melalui tokoh - tokoh masyarakat dalam mengembalikan jati diri budaya tersebut.

Saya sebagai putra batubara yang peduli dengan apa yang terjadi di batubara, sangat prihatin atas kondisi ini. Jangan sampai kita tidak bisa menjadi tuan rumah, di rumah kita sendiri. Perlu diketahui " modern bukanlah kita harus meninggalkan budaya, namun bagaimana menjadikan budaya kita agar mampu bersingkronisasi dengan kemajuan zaman dan technologi". Melayu yang Identik dengan Islam, harus lebih mengutamakan nuansa - nuansa islami dalam berinteraksi dengan kemajuan zaman.

Hal ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat kabupaten batubara, dan tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggara daerah. Muda- mudahan Bupati kabupaten batubara yang sekarang sangat sensitif dan inovatif terhadap perkembangan budaya melayu kabupaten "Batubara"

nb: mohon masukkan dari pembaca ,lewat komentar anda

"Melayu Takkan Hilang Dibumi"

"Melayu takkan hilang di bumi" ini merupaka slogan yang sangat luar biasa. Saya sangat yakin slogan seperti ini tidak akan ada di miliki oleh suku atau etnis lain. Namun apakah semua ini cukup hanya jadi slogan saja. Inilah yang menjadi masalah nya, karena kita terlalu yakin dengan hal tersebut maka lambat laun melayu akan hilang dari peredaran etnis yang ada di bumi. Ini sudah dibuktikan oleh beberapa daerah yang masyarakat Pribumi nya adalah melayu, seperti Kota Medan misalnya, sekarang kalau anda bepergian keluar kota, Jakarta misalnya, begitu mengetahui anda berasal dari Medan orang akan bertanya" aha marga hamu lae" itu tanda nya diluar daerah Kota medan lebih dikenal dengan tapanuli, walaupun istana "Maimun" berdiri megah disana.

Jadi dalam hal ini yang di maksud mempertahan suku melayu tidak cukup hanya dengan berpakai melayu, punya istana melayu, atau hal - hal lain yang berbau melayu. Namun intinya adalah bagaimana memberdayakan masyarakat melayu itu sendiri, sehingga bisa berperanan penting dalam kehidupan sehari - hari, baik di masyarakat dan di pemerintahan. Saya mohon maaf, contoh diatas tidak hanya tejadi di kota Medan saja, tapi itu ter jadi di hampir semua yang daerah yang berpribumi melayu. Dan tidak ada maksud untuk mendeskredit salah satu suku, Pekanbaru misalnya, disana sangat sulit mencari orang melayu yang tidak bisa berbahasa "minang" hingga bahasa kesehariannya memakai bahasa minang.

Sebenarnya ada apa dengan suku melayu. ?

Disinilah dituntut peran serta pemerintah dalam melestarikan Budaya dan memberdayakan suku melayu sebagai salah satu suku terbesar di Indonesia. dari segi Kwantitas, namun sangat minor disegi kualitas. Hal ini di tulis sebagai bentuk kekhawatiran saya terhadap suku melayu, terutama di Kabupaten Batubara. Saya melihat Batubara karena memang saya putra Batubara dan tinggal di batubara.
lalu bagaiman menurut anda ?????
  • arsip batubara