Anggota Komisi I DPR RI Ali Mochtar Ngabalin mengingatkan pemerintah agar tidak terpaku pada otak pemboman dalam negeri, tapi harus pula mencari kemungkinan pihak asing yang terlibat dalam pemboman Hotel J.W. Marriott dan Ritz Carlton. Untuk itu pemerintah dan aparat intelijen hendaknya benar-benar bisa mengunkapkan kasus ini dan tidak sekedar mencari kambing hitam. �Tidak tertutup kemungkinan yang menjadi dalang pelaku pemboman ini adalah negara lain,� kata Ali ketika dihubungi wartawan Senin (20/7) kemarin.
Ali menyebutkan warga Malaysia sebagai salah satu pelaku pemboman yang belum tertangkap. Negara itu selama ini sudah sering melakukan provokasi yang dapat menimbulkan perselisihan. Negeri serumpun itu tampaknya sudah terlalu angkuh terhadap bangsa ini.
�Kalau kita cermati dua otak pelaku pemboman selama ini yaitu Dr Azhari dan Noordin M. Top adalah warga Malaysia. Ada apa sebenarnya dua orang warga negara Malaysia ini melakukan pemboman-pemboman itu? Apa tujuan mereka, hendaknya diselidiki dengan seksama. Ini menjadi tugas aparat hukum dan intelijen untuk menyelidikinya,� kata politisi dari PBB ini lagi.
Ali mengatakan motif Malaysia tampaknya ingin menjadi negara yang lebih segalanya dari Indonesia. Termasuk rebutan pengaruh saat menjamu Manchester United (MU). Malaysia hendak membuktikan bahwa negaranya lebih aman dari Indonesia.
�Indonesia kan lebih segala-galanya dari Malaysia baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia dan potensi-potensi lainnya, tapi karena pengelolaan yang kurang baik, Malaysia merasa berada di atas angin,� katanya.
Menurut Ali, perlu dicermati juga dari pihak Indonesia yang membantu Malaysia merealisasikan tujuannya tersebut. Sebab Malaysia tidak akan bisa melakukannya sendiri tanpa adanya kerjasama dengan pihak dalam negeri. Indikasinya bisa dilihat bagaimana seorang Noordin M. Top sampai hari ini belum tertangkap.
Anggota DPR dari FPKS Zulkifliemansyah menambahkan, sebaiknya dugaan keterlibatan Malaysia tidak dikembangkan sekadar untuk mencari kambing hitam. Hubungan antara kedua negara bisa terganggu dengan tudingan seperti itu.
�Walaupun pada kenyataannya fakta-fakta menunjukkan negara serumpun itu dengan perilakunya seringkali membuat hati kita panas, namun jangan sampai kemarahan dan sikap emosional kita itu menundukkan akal sehat. Kita harus jernih dan proporsional dalam melihat permasalahan ini,� ujar Zul sapaan Zulkifliemansyah.
Sebagai masukan, kata Zul, tidak ada salahnya pihak aparat keamanan melakukan penyelidikan mengenai hal ini. �Dicek dululah kebenarannya dengan segala fakta-fakta yang ditemukan pihak keamanan,� aparat keamanan harus proaktif,� katanya.
Sementara itu, pengamat militer R.R. Mangindaan mengatakan pandangan keterlibatan Malaysia dalam aksi teror di Indonesia terlalu dipaksakan meskipun diakui ada beberapa indikator yang mengarah adanya keterlibatan Malaysia. �Banyak memang indikatornya tapi dipaksakan dalam satu skenario. Seandainya Malaysia berani melakukan itu resikonya terlalu besar, tapi bukan berarti tidak mungkin, karena yang jelas ada tangan dari luar yang terlibat dalam terror ini,� jelas pensiunan jenderal ini.
Aparat keamanan harus berani meraba seperti apa keberanian Malaysia dalam melakukan hal ini terhadap Indonesia. �Selama ini kan terlibat JI semenara JI memiliki 4 wilayah kerja di Indonesia. JI sendiri memiliki jaringan sampai keluar negeri sehingga jika kita mulai dari pernyataan politisi bahwa ada jaringan besar yang terlibat, polisi pun harus bisa melihat mereka dibina darimana. Tertangkapnya warga Malaysia di Cilacap juga bisa dijadikan indikasi ke mana muaranya,� tegasnya.
Bagai mana kalau menurut sobat yg lagi online, apakah indikasi seperti itu mungkin adanya ?. Saya kira Pak Ali ada benar nya. pemerimtah jgn hanya bisa mencari kambing hitam. Sekali sekali kambing nya harus belang dong.